Kejujuran adalah sikap yang menunjukkan adanya kecocokan antara perkataan & perbuatan . Orang yang jujur selalu berterus terang , berkata apa adanya , tidak curang & tidak bohong.
Kita harus menanamkan kesadaran pada diri kita untuk selalu berani membela akebenaran & berperilaku jujur, baik kepada Allah Swt., orang lain, maupun diri sendiri. Jika kita sudah bisa membiasakan berperilaku jujur, kita akan mendapatkan hikmah yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari.
Kita harus menyadari & mengetahui akibat dari kebohongan sehingga kita bisa menjauhi sifat buruk tersebut. Contoh akibat dari kebohongan adalah hilangnya kepercayaan orang lain terhadap kita, susah mendapatkan teman bahkan tidak memiliki teman, & susah mendapat pekerjaan karena tidak dipercaya. Berperilaku berani membela kebenaran & jujur terkadang sangat pahit pada awalnya, tetapi buah manis akan didapat di akhirnya.
Perilaku berani membela kebenaran & jujur dapat diterapkan dalam berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat di mana kita tinggal. Berikut ini cara menerapkan perilaku berani membela kebenaran & jujur.
1. Di sekolah, kita meluruskan niat untuk menuntut ilmu, mengerjakan tugastugas yang diberikan oleh ibu bapak/guru, tidak menyontek pekerjaan teman, melaksanakan piket sesuai jadwal, menaati peraturan yang berlaku di sekolah, & berbicara benar & sopan baik kepada guru, teman ataupun orang-orang yang ada di lingkungan sekolah.
2. Di rumah, kita meluruskan niat untuk berbakti kepada orang tua & memberitakan hal yang benar. Contohnya, tidak menutup-nutupi suatu masalah pada orang tua & tidak melebih-lebihkan sesuatu hanya untuk membuat orang tua senang.
3. Di masyarakat, kita melakukan kejujuran dengan niat untuk membangun lingkungan yang baik, tenang, & tenteram. Hal tersebut dapat terwujud dengan tidak mengarang cerita yang dapat membuat suasana di lingkungan tidak kondusif & tidak membuat berita bohong. Ketika diberi kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang diamanahkan, harus dipenuhi dengan sungguh-sungguh, & lain sebagainya.
Perhatikan kisah Teladan tentang sebuah kejujuran di bawah ini
Diceritakan, ada seorang saleh yang selalu mewasiatkan kepada pekerjanya untuk selalu meminta kepada para langganannya agar diberitahukan kalau ada barang dagangannya yang cacat. Setiap kali ada pembeli datang, ia meminta untuk mengecek barangnya terlebih dahulu.
Suatu hari, seorang Yahudi datang ke tokonya & membeli sehelai baju yang ada cacatnya. Pada waktu itu pemilik toko tidak ada di tempat, sementara Yahudi tidak mengecek baju ini terlebih dahulu & keburu pergi. Tidak lama kemudian, pemilik toko datang & menanyakan perihal baju yang cacat tersebut. Maka dijawab, “Baju itu telah dibeli oleh seorang Yahudi.”
Lalu pemilik toko itu bertanya perihal Yahudi tadi, “Apakah ia sudah mengecek cacat yang ada pada baju itu?” Lalu dijawab, “Belum.” Pemilik toko bertanya lagi, “Sekarang mana dia?” Dijawab kembali, “Ia sudah pergi bersama rombongan dagang.” Seketika itu pula, sang pemilik toko membawa uang hasil pembayarannya dari baju cacat itu. Lalu ia mencari rombongan dagang yang dimaksud & baru mendapatinya setelah menempuh perjalanan tiga hari, seraya berkata, “Hai Fulan, tempo hari kamu telah membeli sehelai baju yang ada cacatnya. Ambil uang kamu ini & berikan baju itu.” Yahudi itu balas menjawab, “Apa yang menyebabkan berbuat sampai sejauh ini?” Lelaki itu menimpali, “Islam & sabda Rasulullah saw., “Siapa yang menipu bukan berasal dari umatku.”
Yahudi balik menimpali, “Uang yang aku bayarkan kepadamu juga palsu. Maka, ambillah uang tiga ribu ini sebagai gantinya & aku tambahkan lagi lebih dari itu, “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, & Muhammad itu Rasulullah.”
Sumber; Buku PAI kelas XI kurikulum 2013 (Sumber - 100 Kisah Teladan Tokoh Besar; Muhammad Said Mursi & Qasim Abdullah Ibrahim)
Kita harus menanamkan kesadaran pada diri kita untuk selalu berani membela akebenaran & berperilaku jujur, baik kepada Allah Swt., orang lain, maupun diri sendiri. Jika kita sudah bisa membiasakan berperilaku jujur, kita akan mendapatkan hikmah yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari.
Kita harus menyadari & mengetahui akibat dari kebohongan sehingga kita bisa menjauhi sifat buruk tersebut. Contoh akibat dari kebohongan adalah hilangnya kepercayaan orang lain terhadap kita, susah mendapatkan teman bahkan tidak memiliki teman, & susah mendapat pekerjaan karena tidak dipercaya. Berperilaku berani membela kebenaran & jujur terkadang sangat pahit pada awalnya, tetapi buah manis akan didapat di akhirnya.
Perilaku berani membela kebenaran & jujur dapat diterapkan dalam berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat di mana kita tinggal. Berikut ini cara menerapkan perilaku berani membela kebenaran & jujur.
1. Di sekolah, kita meluruskan niat untuk menuntut ilmu, mengerjakan tugastugas yang diberikan oleh ibu bapak/guru, tidak menyontek pekerjaan teman, melaksanakan piket sesuai jadwal, menaati peraturan yang berlaku di sekolah, & berbicara benar & sopan baik kepada guru, teman ataupun orang-orang yang ada di lingkungan sekolah.
2. Di rumah, kita meluruskan niat untuk berbakti kepada orang tua & memberitakan hal yang benar. Contohnya, tidak menutup-nutupi suatu masalah pada orang tua & tidak melebih-lebihkan sesuatu hanya untuk membuat orang tua senang.
3. Di masyarakat, kita melakukan kejujuran dengan niat untuk membangun lingkungan yang baik, tenang, & tenteram. Hal tersebut dapat terwujud dengan tidak mengarang cerita yang dapat membuat suasana di lingkungan tidak kondusif & tidak membuat berita bohong. Ketika diberi kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang diamanahkan, harus dipenuhi dengan sungguh-sungguh, & lain sebagainya.
Perhatikan kisah Teladan tentang sebuah kejujuran di bawah ini
Jujurlah! Maka, Kamu akan Untung di Dunia & Mendapat Pahala di Akhirat
Suatu hari, seorang Yahudi datang ke tokonya & membeli sehelai baju yang ada cacatnya. Pada waktu itu pemilik toko tidak ada di tempat, sementara Yahudi tidak mengecek baju ini terlebih dahulu & keburu pergi. Tidak lama kemudian, pemilik toko datang & menanyakan perihal baju yang cacat tersebut. Maka dijawab, “Baju itu telah dibeli oleh seorang Yahudi.”
Lalu pemilik toko itu bertanya perihal Yahudi tadi, “Apakah ia sudah mengecek cacat yang ada pada baju itu?” Lalu dijawab, “Belum.” Pemilik toko bertanya lagi, “Sekarang mana dia?” Dijawab kembali, “Ia sudah pergi bersama rombongan dagang.” Seketika itu pula, sang pemilik toko membawa uang hasil pembayarannya dari baju cacat itu. Lalu ia mencari rombongan dagang yang dimaksud & baru mendapatinya setelah menempuh perjalanan tiga hari, seraya berkata, “Hai Fulan, tempo hari kamu telah membeli sehelai baju yang ada cacatnya. Ambil uang kamu ini & berikan baju itu.” Yahudi itu balas menjawab, “Apa yang menyebabkan berbuat sampai sejauh ini?” Lelaki itu menimpali, “Islam & sabda Rasulullah saw., “Siapa yang menipu bukan berasal dari umatku.”
Yahudi balik menimpali, “Uang yang aku bayarkan kepadamu juga palsu. Maka, ambillah uang tiga ribu ini sebagai gantinya & aku tambahkan lagi lebih dari itu, “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, & Muhammad itu Rasulullah.”
Sumber; Buku PAI kelas XI kurikulum 2013 (Sumber - 100 Kisah Teladan Tokoh Besar; Muhammad Said Mursi & Qasim Abdullah Ibrahim)