Sri Pepitu

R.Samba, R. Setyaki, Patih Udawa dan Prabu Kresna di kerajaan Dwarawati sedang mengadakan persidangan yang intinya ingin membantu pihak Pandawa yang menginginkan Sri Pepitu.

Sementara itu Prabu Dasa Wasesa, Patih Gerjitapati serta diiringi bala tentara Pracimalayantaka menuju ke negeri Amarta untuk meminta Dewi titisan Sinta, Dewi Wara Sumbadra namun ditengah perjalanan bertemu dengan R.Angkawijaya menjadi murka setelah mengetahui orang yang dihadapannya akan membuat masalah di negerinya sehingga terjadilah peperangan yang dimenangkan rombongan Prabu Dasa Wasesa. Maka dengan kekalahan itu, R. Angkawijaya melarikan diri ke kahyangan memohon kepada dewa agar Sri Pepitu diijinkan dibawa ke Amarta.

Setelah semua Dewa setuju, maka R. Angkawijaya diijinkan membawa Sri Pepitu ke negeri Amarta. Prabu Kresna, para Pandawa bersuka cita mengetahui R. Angkawijaya berhasil membawa pulang Dewi Sri Pepitu, tiba-tiba datanglah rombongan dari negeri Pracimalayantaka yang dipimpin langsung rajanya Prabu Dasa Wasesa yang berkeinginan memboyong Dewi Sumbadra untuk diperistri. Kedatangan dan maksud Prabu Dasa Wasesa menjadikan perselisihan yang akhirnya peperangan tak dapat dihindari. Patih Gerjitapati dan bala tentara negeri Pracamalayantaka dapat dikalahkan pihak Pandawa namun rajanya Prabu Dasa Wasesa tak dapat dikalahkan oleh Senapati dam prajurit Pandawa maka dipanggilah Resi Hanoman untuk mengalahkan Prabu Dasa Wasesa. Menghadapi Resi Hanoman Prabu Dasa Wasesa tak dapat berkutik dan dapat dibinasakan.

Pada saat jasad Prabu Dasa Wasesa diam tak berkutik, Resi Hanoman bersiap-siap menggempur dengan Aji Mundri agar hancur berkeping-keping, tetapi sebelum aji Mundri mengenai tubuh Prabu Dasa Wasesa, menjelmalah
Sukma Dasa Muka raja Rahwana negeri Alengka yang telah dikubur ditimbun gunung Kendalisada.

Begitu sukma Dasamuka hilang, Hanoman kembali ke pertapaan Kendalisada untuk menjaga agar sukma Dasmuka tidak menganggu Pandawa.
LihatTutupKomentar